Selama di Karibia, sebenarnya kita ngga keluar-keluar resort buat khusus cari makan, kecuali pas belanja di supermarket setempat. Ada empat restoran yang menyediakan makanan-makanan segar sepanjang hari dengan tambahan room service 24 jam.
Intinya di Karibia beneran: makan, makan, makan. Yai!
Bamboo Bar & Grill
Another bar di Four Seasons yang cocok untuk makan malam kasual dengan pasangan. Di sini musti coba rum punch! Had a lot of fun with the alcoholic beverage.
Bamboo Bar & GrillSeafood sandwich and french friesMy favourite rum punchAnother cray fish. Not complaining.
4 November 2021. Setelah perjalanan mengelilingi separo bumi usai, lelah lahir batin ahahaha, akhirnya disambut sama keramahan negara Anguilla. Negara yang sampai 3 bulan lalu belum pernah aku dengar.
Pemandangan dari balkon kamar hotelTo main lobbyOcean deck dekat Sunset Lounge
Kamis, 11 November 2021. Hari keempat di Amerika Serikat, aku menyempatkan ikut tur satu hari penuh ke Washington DC. I was so excited! I learned that it only takes 4 hours drive from Manhattan to Washington DC. Dan, ada jasa tur dari New York dari Klook, Take Tours atau travel agent lain. It’s easy, no fuss no muss. Tinggal beli tiket, milih schedule, bayar, datang ke bus station pas hari H, berangkat deh. Ngga ribet.
Jam 9.00 malam kita sampai di Newark Liberty International Airport, New Jersey. Finally, I got to step on the land of the free. Hais. Padahal sebelumnya udah transit di JFK cuma ngga keluar bandara. Ini bandara-bandara USA ngga ada yang bagus apa gimana yak. Hahaha. Mirip Adi Sutjipto. Njeglek dibanding Doha.
Karena koper kita gede-gede, jadi kita pakai Lyft ke Midtown. Sekitar sejam kemudian kita udah check-in dan sampe di kamar PH07 hotel Club Quarters, Manhattan 45th Street di antara 5th dan 6th Avenue. Kamar hotelnya lumayan nyaman dan bersih biarpun kecil. I get it. It’s New York. Ngga mengurangi excitement karena lokasinya yang strategis. Yuhu!
Malam itu kita packing, bersih-bersih dan tidur biar besok siap jalan-jalan.
Princess Juliana International Airport, St Maarten
Tanggal 2 November 2021 jam 1.30 siang itu ujan deres banget. Jam 2 aku janjian sama temenku buat ketemu di Soekarno-Hatta biarpun penerbangan kita jam 6.20 malam. It’s a good thing temenku juga orang yang lebih suka datang “pagi”. Ngga suka mepet-mepet. Aku malah rada santai hari itu, soalnya aku pikir gapapalah sampe jam 3 kalo toh macet di tol. Ternyata aku salah, dari Serpong ke CGK sekarang cuma 30 menit lewat tol baru Pamulang-Soetta. Kyaaa! Jam 2 beneran aku udah di Terminal 3.
Karena masih santai, kita makan siang dulu di Happy Chappy. Jam 4.20 check-in dengan drama dari mbak dan mas counter, akhirnya mepeett banget jam 6 kita bisa masuk pesawat. Fiuh. Perjalanan terpanjang seumur hidupku dimulai. Aku akan sampai tujuan sekitar 48 jam a.k.a 2 hari full. Puji Tuhan ngga ada kendala berarti selama di pesawat dan transit di Doha, kecuali pengalaman ngga menyenangkan pakai Qatar Airways. Mostly karena crew, ground staff dan foodnya; kalau bisa milih, aku akan pakai airlines lain. Beggars can’t be choosers, Lan.
Halo. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman mendapatkan visa Amerika Serikat tipe B-2 atau visa temporari, non-imigran untuk tujuan berlibur/turisme tanpa bantuan tour/travel agent.
Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta – Google Maps
Note: Tipe visa B-1 adalah untuk bisnis dan B-2 untuk turis. Prosedur pengajuan sama. Sewaktu mengajukan bisa memilih B-1 atau B-2 (sesuai tujuan kita), namun nanti sewaktu mendapatkan visa, keterangan tipe visa B-1/B-2.
Semua pasti pernah dengar bahwa mendapatkan visa Amerika Serikat sangat sulit dan perlu perjuangan (khususnya visa B-2). I won’t deny it but, I recommend to not get it in your mind. Aku merasa visa yang aku dapatkan karena alasan berikut:
10% mencari informasi dari pengalaman teman/Youtube/browsing blog orang lain;
10% mengikuti instruksi dengan benar sesuai aturan pemerintah Amerika Serikat;
30% benar dan jujur mengisi formulir DS-160;
20% mental menghadapi wawancara dengan konsuler;
30% luck.
Yes. I put luck in there, karena terasa banget sewaktu datang ke kedutaan Amerika Serikat, granted atau tidaknya permohonan kita ya hanya dari wawancara dengan seorang konsuler. Aku menghargai profesionalisme mereka, namun mereka manusia juga. Kadang mood sedang kurang baik atau ketidaktelitian bisa jadi membuat permohonan visa ditolak.
Seorang anak mempunyai pikiran laksana bunga pundak yang mau mengenal alam, bukan pikiran orang tua yang mau meninggalkan alam. Jangan pula kau beri aku dengan kebijaksanaanmu yang sudah lelah dan penat mengarungi dunia, karena dunia akan memberiku sendiri kebijaksanaan yang segar, lain daripada kebijaksanaan jamanmu.
Shindunata – Anak Bajang Menggiring Angin
Hai.
Dari awal tahun 2020, selama pandemi, aku ngga pergi kemana-mana selain sekali aja ke Jogja nengok Bapak-Ibuk. Selama 1.5 tahun work from home di Serpong. Awal wfh semangat kerja masih tinggi dibarengi adaptasi sama sistem kerja di rumah yang ngga kenal waktu istirahat. Setelah 1 tahunan mulai kerasa penurunan kesehatan fisik dan mental. Awal tahun 2021, aku udah ngerasa drained. Segala macam cara aku coba, mulai dari setting tempat kerja, batasi jam kerja, pola makan teratur, jogging di komplek perumahan; tetap aja badanku ngasih warning di bulan Juli 2021. It couldn’t take pressure any longer, sedikit lagi I would go insane. Akhirnya setelah cek kesehatan, ngobrol sama suami (“Take as many days or weeks or months as you wish, Love.”) dan diskusi sama bos, aku memutuskan buat take a long break. Syukurlah bosku amat sangat considerate. Aku boleh ngambil sisa annual leave di akhir kontrak dan mengakhiri kontrakku 31 Oktober 2021. My plan was that I will take a break from office working from October to December. Full istirahat memulihkan kesehatan. Bulan Januari aku akan mulai cari kerja lagi.
Karena aku ngga bisa diem, bahkan pas ngga kerja, aku udah ngelist apa aja yang mau aku lakukan selama 3 bulan istirahat: olahraga, liburan ntah kemana, belajar masak/dandan (beneran ngga bisa ini, tolong), nulis ntah blog ntah cerita, lihat pertandingan bola, pertandingan Dota 2 (The International!) apapun asalkan menyenangkan hati. Aku kabarin ke keluarga dan temen-temen deketku. Mereka sangat suportif. Bahkan salah satu temen lamaku nawarin liburan ke Karibia bareng dia all expenses paid. Kyaa! Tanpa mikir panjang aku langsung bilang let’s go.
Pada zaman dahulu kala, kerajaan Airlangga di perintah oleh seorang raja bernama Yudhatama. Raja Yudhatama memiliki 5 putri yang sangat dia sayangi mengingat sang permaisuri telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Empat dari lima putrinya sudah terkenal di seluruh penjuru negeri karena kecantikannya sehingga Raja Yudhatama selalu memenuhi permintaan putri-putrinya termasuk kebiasaan buruk mereka yaitu berpesta. Hampir setiap hari, istana mengadakan pesta dansa, perayaan, atau pesta-pesta lainnya. Sementara itu, putri bungsu, mendukakan hati Raja Yudhatama karena tidak seperti kakak-kakaknya yang suka berdandan, berpakaian indah, dan cantik, si bungsu memiliki kebiasaan aneh mengenakan cadar, selalu bergaun lengan panjang, dan penyendiri. Tidak ada yang tahu mengapa demikian namun kabar yang tersebar di kalangan kerajaan menyebutkan bahwa si bungsu malu karena buruk rupa. Itulah sebabnya dia disebut Putri Malu.
Suatu hari terdengar kabar seorang pangeran tersohor dari negeri seberang bermaksud meminang salah satu dari putri-putri Raja Yudhatama. Pangeran itu bernama Pangeran Arya. Berbunga-bungalah hati kelima putri kerajaan Airlangga karena dari apa yang mereka dengar, Pangeran Arya adalah pangeran yang kaya raya, tampan, berbudi baik dan berjiwa kesatria.
Beberapa hari sebelum datangnya sang pangeran, keempat putri cantik menghadap Raja Yudhatama.
Sek, lagi kepikiran. Ngopo kok wong jowo ngluhurake tembang asmaradana gegaraning wong akrami dudu rupo, dudu bondo tapi yo duwe prinsip bibit bebet bobot? Hemmm, ngene ki nek kesuwen work from home. Pikirane nang ndi nang ndi.
Balek nang isine postingan sasi iki: Kraton Ratu Boko. Ora koyo candi-candi liyane nang Ngayogyakarto, Kraton Ratu Boko le duwe wilayah sekitar 16 hektar iki dudu panggonan ibadah. Bedo karo Prambanan, Sambisari po Ijo. Adedasar penelitian, Kraton Ratu Boko ki omah hence, jenenge kraton, dudu Candi Ratu Boko. Ealah ruwet timen aku njelaske. Jebul nulis nggo boso jowo ki angel tenan. Ekekeke.
I would like to thank my beloved friends Nindya and Lisa for encouraging me to publish my 2020-intentionally-hidden posts since I faced slight mental breakdown at the start of 2020. This and next month’s posts are written in Javanese for them. The stories are series of Jogjakarta tourism spots.
Sugeng enjing.
Dadi ceritane ngene. Akhir taon 2017, aku nang Jogja dinggo reunian 10 taon konco-konco kuliah sak angkatan. Sekitar wulan September kae aku baline. Amarga niate ncen reunian nang UGM, aku ra bali Gunungkidul dadi aku nginep nggone Bulekku nang Jlatren, Prambanan.
Candi Sambisari
Wis jan seneng bat aku nek kon nginep Prambanan ki. Wes wilayahe ijek asri, pinggir sawah, wong-wonge ijek do nggo pit nang ngendi-ngendi, gek do grapyak ngono kae. Lha kebetulan ki Bulekku sak keluwargo agi nang omah kabeh, dadi ono sepupuku Putri ro Ayuk. Aku dijak nang Candi Sambisari bar seko nggrejo.
Tempene kemripik. Mindoni ping telu mbokne dewe ki. Wakakaka.